Drama
adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas
pentas dengan media percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah
merupakan hal utama dalam bermain drama (modern) karena ia merupakan
panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada
unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik,
lighting, make up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.
NASKAH
Naskah
disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah
naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang
berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya
sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama
dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi,
kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut. Selain dialog,
sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, tokoh dan plot atau rangka
cerita.
Tema
Tema
adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah
dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya
Tokoh
Dalam
cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi
penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki
karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh.
Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
1. Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
2. Dimensi sosiologi
(latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan,
pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup,
agama, hobby, dan sebagainya.
3. Dimensi psikologis
(latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap
dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu,
kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Plot
Plot
adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan
peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Pemaparan (eksposisi)
Bagian
pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi.
Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi
dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga
penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi
berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan
dalam bentuk sinopsis.
2. Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau
pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang
maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi.
Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
3. Klimaks dan krisis
Klimaks
dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam
adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu
klimaks.
4. Penyelesaian (denouement)
Drama
terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang
memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir
selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
5. Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
LATIHAN DASAR
Dalam
bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan
dialog (yang tertulis di dalam naskah) disertai dengan gerak atau
gesture. Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan
dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa
terdengar (volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal
benar), dan aktor bisa menghayati sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang
ditentukan dalam naskah. Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan
dialog tersebut dengan gerak yang pas (tidak berlebihan atau
dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa (blocking baik) tidak ragu
ragu ( meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam
kehidupan), dan juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang
ditentukan dalam naskah.
BLOCKING
Yang
dimaksud dengan blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas
pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan,
oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh
kita agar tidak merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang,
utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.Jelas,
tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa
gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai
berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan
terkesan over acting
Bocking
harus dimengerti (wajar). Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak
tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila
mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan
miring ke kiri, dsb.
Blocking
harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh
maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.
Seimbang
Seimbang
berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas
panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga
mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung
harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung.
Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan
disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi Pentas".
Utuh
Utuh
berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan.
Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang
dan tidak saling menutupi.
Bervariasi
Bervariasi
artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan
membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh.
Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya.
Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang
sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
Memiliki titik pusat
Memiliki
titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat
perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan
mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari
adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling
mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik
perhatian.
Wajar
Wajar
artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak
wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus
memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
MEDITASI
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
MEDITASI
Secara
umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam
teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan
mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi:
Mengosongkan pikiran.
Kita
mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu
yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah
keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu
dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
Meditasi sebagai jembatan.
Disini
alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang
kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan
kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan
yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam
latihan.
Cara meditasi:
Posisi
tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa
dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini
dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah
dalam.
Atur
pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga
dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan
keluar dalam tubuh kita. Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan
suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan
merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita
menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk
berkonsentrasi.
Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
KONSENTRASI
Konsentrasi
secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya
dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang
akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain,
sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi:
Kita
harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita,
dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin
agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah
pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur
pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu
yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan
yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan:
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:
Pernapasan dada
Pada
pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga
dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater
pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya
tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat
mengganggu gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.
Pernapasan perut
Dinamakan
pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam
perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan
oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya
tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
Pernapasan lengkap
Pada
pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan
udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang
biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
Pernapasan diafragma
Diafragma
adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang
aktor itu mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di
diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hat
ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan
bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut
mengembang.
Menurut
perkembangan akhir akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan
pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya
tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan latihan pernapasan:
Pertama
kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada,
kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam
keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah.
Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas
kita keluarkan kembali.
Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan: Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" di sini diartikan sebagai berikut:
- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
- tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak monoton.
Untuk
mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan
vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain:
1.
Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara
"wah…" dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…" (suara keluar lewat hidung).
3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas)
6. Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus.
7.
Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao
iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ......" dan sebagainya.
8. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9.
Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung
gulung, berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya.
*Catatan:
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.
ARTIKULASI
Artikulasi
yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar
dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton
dapat mengerti pada kata kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi
ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya
artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:
Cacat
artikulasi alam: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara
gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya
"r", dan sebagainya.
Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan, menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi
jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu
cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu:
hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah olah
kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan:
Mengucapkan
alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan.
Ucapkan setiap huruf dengan nada nada tinggi, rendah, sengau, kecil,
besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan
dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb Membaca kalimat
dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.
GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi
harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya
dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan
kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan
pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini
dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata.
Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi…." (mendapat
tekanan).
INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu:
Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah
dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada setiap
kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli
pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda.
Misal:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
Tekanan Nada (tinggi)
Cobalah
mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak
mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah
membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah
ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang
tinggi rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan
tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini
sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan.
Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda beda.
Lambat atau cepat silih berganti.
WARNA SUARA
Hampir
setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia
sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan
berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan
berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya.
Apalagi
antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna
suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik,
maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi,
harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba
merubah rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua,
pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.
Selain
mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga
adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan
dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut
ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang
Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa
mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu ! (kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.
Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.
OLAH TUBUH
Sebelum
kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka
terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa
juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan
latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat
keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga
mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis,
lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku
selama latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh:
Pertama
sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera
yang kita punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh
kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
Jatuhkan
kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan.
Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
Putar
kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari
muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan
lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
Rentangkan
tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar
tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu,
kemudian tangan kiri, baru bersama sama.
Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
Ambil
posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan
pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan
kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga
pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat.
Macam Macam Gerak:
Setiap
orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat
dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal
dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini
harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam
bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Gerak teaterikal
Gerak
teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang
lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam
naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan
naskah drama.
Gerak non teaterikal
Gerak
non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak
yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara
garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak
kasar.
Gerak Halus
Gerak
halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq
lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh
dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
Gerak Kasar
Gerak
kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini
timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak
kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu:
Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.
-
sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara
refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa
kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
Movement,
adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang
lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat
juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb.
Guide,
adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara
berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil,
berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap
gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal
ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh
seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang
demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan "gerak-gerak
dasar". Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
-
Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita
hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai
pada batas kepala kita.
-
Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah
berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai
diatas kepala.
- Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
- Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam
melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi /
menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan gerak yang lain:
Latihan cermin.
Dua
orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu
membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang
dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan
ini dilakukan bergantian.
Latihan gerak dan tatap mata
Sama
dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi
saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang
akan digerakkan nanti.
Latihan melenturkan tubuh
Seseorang
berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat
tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum
dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
Latihan gerak bersama
Suatu
kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama
seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan
mereka.
Latihan gerak mengalir
Suatu
kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan,
membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan (
menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan
orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita
jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan
dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan
yang artistik.
GERAK DAN VOKAL
Setelah
kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang
kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak
bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan
kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok,
bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala,
memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi
kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita
selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada
vokal.
PENGGUNAAN PANCAINDERA
Manusia
yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita
tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater
kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat
memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya
alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja
harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita
dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan,
antara lain:
Mata
Duduk
bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada
titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama
mungkin.
Telinga
Duduk
bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu
pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara
yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah
ditentukan.
Duduklah
ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk
mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk,
bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara
sepatu diatas trotoar,dsb.
Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah
dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana
rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga
mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya. Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar
kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut
naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh
tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah,
kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah
lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut,
alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan
menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek,
anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak
dasar disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk
memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita
mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah
kita kenali satu persatu.
OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.
ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai
contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan
roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus
menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita
lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog,
sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata
gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya.
Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa
beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh
diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap,
bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.
Telah
disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang
dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan
dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
Sebutkan
sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan
sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
Menganggap
atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya,
menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu
bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita
jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Menganggap
sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil
rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang
panas, dingin, kasar, dsb.
EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:
Pelajari
naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki
oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan
inti dari naskah.
Melakukan
gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah
mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai
latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik
sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah
membaca.
KOMPOSISI PENTAS
Komposis
pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu.
Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap
bagian pentas mempunyai arti tersendiri.
Kadar
kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan
lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada
bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang
kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat
yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus
tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar jangan yang menyeleweng ya,, Terimakasih,,!!!